Oleh: Dede Arief Rohaedi | Guru Pendidikan Pancasila dan tifosi sepak bola.
Bermula pada tahun 2000 hingga hampir sekitar dua dekade, yakni sekitar tahun 2020-an, Real Madrid (klub kesohor asal Spanyol) pernah mendapati julukan fenomenal ; “Los Galacticos” karena proyek Presiden klubnya; Florentino Perez , mendatangkan pemain-pemain kelas mega bintang dari berbagai negara. Tiada lain untuk mengejar ambisi menjadi klub super dengan prestasi super tiada tara. Adapun arti dari Los Galacticos yaitu, Galaxy yang menandakan bintang. Real Madrid adalah klub para mega bintang. Dengan kekuatan financial yang tak terbatas, antara lain melalui sokongan luar biasa sponsor perusahaan global dan basis fans yang kolosal hamper di seluruh dunia, maka bergabunglah para bintang seperti ; Luis Figo , Zinedine Zidane , Ronaldo da Lima , Fabio Cannavaro , hingga nama paling pesohor David Beckham. Disusul oleh sekelompok pemain kelas bintang lima lainnya seperti Ricardo Kaka, Cristiano Ronaldo , Karim Benzema , Xabi Alonso , Gareth Bale hingga James Rodriguez. Maka dengan sederet pasukan mega bintang tersebut , maka prestasipun diraih dengan begitu fenomena. Mulai dari juara di liga domestic; La Liga (Liga Utama Spanyol, Piala Raja), juara di kancah regional Eropa (peraih juara terbanyak Liga Champion UEFA sebanyak 15 kali dan Piala Super) dan 5 kali Juara Dunia antar Klub.Satu dekade sebelumnya, sekira tahun 1990an
hingga 2002-an, di belahan Eropa yang lain, Italia, pernah ada klub yang
mendapatkan julukan “The Dream Team”, ialah AC Milan. Julukan keren ini disematkan karena
di era itu klub hebat ini ; Gli Invicibili (Tak Terkalahkan), Milan
mencatatkan 58 pertandingan tanpa kekalahan, menjadikannya tim yang hampir
mustahil dikalahkan pada awal 90-an, skuad bertabur bintang: Tim ini
diperkuat pertahanan legendaris (Baresi, Costacurta, Maldini), gelandang
tangguh (Desailly, Donadoni, Ancelotti), dan penyerang mematikan (Savićević,
Boban, Massaro), serta pernah mengandalkan trio Belanda (Van Basten, Gullit,
Rijkaard). Bintang sekelas Nesta, Seedorf, Pirlo, dan Shevchenko pun pernah
memperkuat tim impian ini. Hal lainnya kenapa klub ini berjuluk The Dream Team
ialah mendominasi Eropa: Milan di
era tersebut meraih banyak trofi, termasuk Liga Champions dan Piala Super Eropa
dan antar klub dunia. Tentu saja klub ini memiliki kekuatan finansial yang
tangguh, meskipun tidak semewah keuangan Real Madrid. Makanya pemain-pemain
sekelas itu mau bergabung. Dan patut diketahui, klub ini merupakan klub paling
popular di dunia yang memiliki puluhan juta fans di berbagai negara, yang
disebut dengan Milanisti. Termasuk di negeri kita, ada Milanisti
Indonesia yang artinya tifosi atau pendukung AC Milan. Bahkan penulis pun
pada era itu pernah menjadi Milanista karena mengidolai pemain cerdas
nan baik hati, Kaka (Ricardo Izecson dos Santos Leite).
Persib (akan) menjadi “Los Galacticos”
atau “The Dream Team”-nya Indonesia ? Lalu mengaum sangar menggaungkan sepak
bola Indonesia ?
Persib adalah klub ikonik dan dan salah
satu legenda hidup dalam perjalanan amat panjang dalam sejarah sepak bola di
Tanah Air. Klub berjuluk “Maung Bandung” ini menjadi bagian dari pelopor dalam
pembentukan PSSI dan bergulirnya kompetisi di Indonesia. Mulai dari Era
Perserikatan (amatir), Era Galatama, Era Liga Indonesia, hingga sekarang Era
Modern/profesional ( Super Liga 1 &
2). Catatan prestasipun mewarnai kiprah panjang tim kesayangan masyarakat
Pasundan, Jawa Barat ini. Mulai dari juara domestik maupun titel internasonal.
Namun bukan hanya tentang prestasi juara
tim ini yang menarik perhatian penulis, tetapi geliat pergerakan yang dilakukan
tim ini sangat menyedot atensi publik sepak bola Tanah Air pada hari-hari ini.
Menjadi trending topic di berbagai flatform media sosial maupun media
mainstream. Dalam diskusi-diskusi pakar sepakbola maupun dalam obrolan lepas
orang-orang di warung kopi dan pangkalan ojeg, angkot dan tempat orang-orang
berkumpul lainnya.
Mari kita cermati beberapa data dan fakta
yang mejadi fenomena Persib pada paling tidak tiga tahun belakangan ini.
Pertama ; Juara Bertahan (Back-to-Back): Persib menyandang status
sebagai juara bertahan setelah memenangkan BRI Liga 1 musim 2024/2025 secara
berturut-turut (back-to-back) pada Mei 2025
Kedua
; Keberhasilan mereka menembus babak 16 besar Liga Champions Asia 2 (ACL
2) sebagai juara grup. Prestasi ini membawa dampak signifikan bagi sepak
bola Indonesia, termasuk peningkatan peringkat klub di level Asia.
Konsekuensi (yang mungkin) mendominasi di Kompetisi Asia ; Persib resmi masuk
ke Pot 1 dalam proses drawing babak 16 besar ACL 2
musim 2025-2026 setelah tampil gemilang di fase grup. Keberhasilan ini juga
memberikan suntikan finansial besar bagi klub, mencapai sekitar Rp9,6 miliar
dari total pendapatan kompetisi tersebut.
Ketiga ; Persaingan Puncak Klasemen Liga: Di kompetisi domestik
(Super League 2025-2026), Persib berada di posisi ke-2 klasemen
sementara per 26 Desember 2025 dengan 31 poin dari 14 laga, menempel ketat
Borneo FC di puncak serta yang mungkin sangat “syukuri” bobotoh, adalah
menggusur persija ke posisi ke tiga.
Keempat ; Persib adalah klub terkaya
kedua (dibawah Dewa United) dengan nilai 86,65 milyar dari 10 Klub BRI Super
League Indonesia dengan Nilai Pasar Tertinggi
( per 11 Juli 2025 sumber katadata.co.id) Namun bila melihat tren
yang terus meningkat pada saat terkini, menyangkut capaian prestasi terbaru di
liga domestik maupun regional, pemasukan dari sponsor, hak siar TV, tiket
pertandingan home, dan hak finansial serta bonus perfoma di liga champion asia
2, penulis yakin kekayaan dan nilai pasar Maung Bandung sudah jauh
meningkat. Pundi-pundi uangnya pasti makin penuh.
Kelima ; Pemilik Persib Bandung adalah Glenn Timothy Sugita, seorang
pengusaha yang memimpin PT. Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), dengan
kekayaan pribadi yang ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah dari
berbagai bisnisnya yang luas di luar sepak bola, meskipun angka pastinya
bervariasi tergantung sumber dan tahunnya (seperti kisaran Rp27,9 hingga Rp30
triliun pada tahun 2022 hingga 2025. (sumber herald.id, jakarta) Simpulannya,
kekayaan pemilik Persib, Glenn Sugita,
sangat besar dan berasal dari beragam sektor, menjadikannya salah satu figur
kaya di industri sepak bola Indonesia.
Keenam ; Bobotoh. Pendukung/fans club. Inilah
antara lain yang membuat klub lain makin iri dengan Persib. Ketahuilah bahwa bobotoh
itu ; Loyalitasnya tanpa batas, sebagai harga diri dan kebanggaan
yang diwariskan lintas generasi, Bagi Bobotoh, Persib lebih sekadar klub,
melainkan identitas masyarakat Jawa Barat dan warisan budaya Sunda. Slogan
seperti "Persib Nu Aing" menggambarkan betapa personalnya
ikatan mereka dengan klub, menjadi salah satu kelompok suporter terbesar di
Indonesia, bahkan Asia dan kini malah menyebar di pelosok dunia,
selalu menyajikan atmosfer yang intens dengan
nyanyian (chant) yang tak henti-hentinya menggema. Bobotoh bukan hanya
penonton, tetapi energi nyata yang menyalakan api semangat "Maung
Bandung" untuk selalu mengaum, menerkam lawan.
Ketujuh ; PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) telah menjadi model
yang sangat berhasil mengelola sepak bola menjadi industri olahraga yang modern
dan menghasilkan keuntungan finansial maupun keuntungan sosial. Kunci utama manajemen Persib Bandung dalam
mencapai kesehatan finansial dan prestasi adalah penerapan manajemen
profesional dan mandiri ( sudah tidak mengenal lagi suntikan
dana dari pemerintah daerah/uang rakyat) yang didukung oleh kekuatan
finansial yang stabil, tidak bergantung sepenuhnya pada pendapatan tiket
pertandingan. Sementara di beberapa tim masih terjadi masalah karena
keterlambatan gaji pemain, pelatih dan tim, sehingga berujung konflik. Tak ada
soal seperti itu di tim Persib. Tim ini seakan menjadi impian ideal bagi pemain
mupun pelatih untuk berlabuh, menikmati kemapanan bahkan keberlimpahan sumber
daya yang tersedia.
Kedelapan ; Real tranfers dan rumor transfer "Fenomenal"; setelah
berhasil merekrut duo diaspora punggawa
timnas Garuda ; “The professor “ Thom Haye dan Eliano “melokal”
Reijnders, kini muncul spekulasi kuat
mengenai perekrutan pemain internasional (berpaspor Indonesia) seperti Maarten
Paes dan Joey Pelupessy pada transfer window Januari nanti. Diskusi
mengenai isu hot tranfer ini tetap menjadi sorotan hangat di
kalangan Bobotoh, pemerhati sepak bola dan banyak kolumnis di dalam negeri.
Penulis yakin, tak ada yang tak mungkin dalam sepak bola profesional saat kini.
Apalagi memang Persib memiliki banyak faktor pendukung untuk hal tersebut
terjadi.
Nah, pembaca, dengan sederet catatan data
fakta tersebut, kiranya bukan tidak mungkin klub ini akan menjelma menjadi klub
hebat di masa datang, menyerupai “Los Galacticos” dan “The Dream Team” di Eropa
sana, meskipun dalam skala yang lebih “setingkat Asia” tentunya.
Bila ini terjadi, maka akan sangat bagus
untuk sepak bola Indonesia. Itu artinya, bagus pula untuk “martabat” Indonesia di
mata internasional. Sebab sepak bola
saat ini telah menjadi sarana, media yang dapat
efektif menaikan kebanggaan negara. Tengoklah, betapa negara-negara maju
dan kaya, berebutan untuk menjadi tuan rumah dari perhelatan kejuaraan sepak
bola baik level regional apalagi sekelas piala dunia (world cup). Piala Dunia
(sepak bola) bahkan dianggap lebih besar dan bergensi dibandingkan pesta
Olimpiade sekalipun.
Mari kita nantikan, bagaimana kiprah Maung Bandung selanjutnya.
Terus dukung secara sportif
klub kesayangan, tim manapun itu, selagi membawa nama Indonesia !
Tetap suport sepenuh jiwa sepak bola Indonesia, untuk menuju pentas
Piala Dunia !
Salam dari Tanah Subur, 26 Desember 2026.
